Kisah Wanita dalam Gua

Dahulu kala, hiduplah seorang wanita yang sepanjang hidupnya tinggal dalam sebuah gua. Ia hanya sesekali keluar untuk mengumpulkan bahan makanan. Baginya, tidak ada tempat yang lebih hangat dan nyaman selain gua yang ia sebut rumah itu. Maka setiap kali cadangan makanannya terkumpul, ia bergegas menuju guanya lagi. Tidak ada alasan untuknya tinggal lebih lama di luar sana.

Suatu hari, datanglah sesosok manusia ke dalam gua, namanya Pengembara. Orang itu lantas bercerita tentang kisah hidupnya yang kerap berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Bagaimana ia bertemu banyak manusia di luar sana dan belajar dari kisah-kisah yang dituturkannya. Sampailah ia pada cerita perjalannya mengarungi samudra. Ia menggambarkan air yang maha luas itu dengan sempurna. Ia bercerita tentang merdunya suara debur ombak yang memecah pantai. Angin yang menerbangkan anak-anak rambutnya dan mendorong layar kapalnya jauh menepi ke sebuah pulau baru. Ia juga menggambarkan ikan yang berenang seperti sedang mempertunjukkan tarian surga. Ia lantas menyudahi kisahnya dengan berkata, "Samudra adalah hal terindah yang pernah saya lihat."

Wanita dalam gua awalnya tidak tertarik dengan cerita sang Pengembara. Namun, cerita samudra ini terdengar berbeda. Ia tidak bisa menyembunyikan binar keingintauan dari matanya. Kalau yang diceritakan sang Pengembara itu benar, maka ia ingin sekali melihat keindahan itu langsung dari matanya. 


Keesokan harinya, wanita gua itu memutuskan untuk mengikuti sang Pengembara menuju samudra yang diimpikannya. Ia ingin sekali bernyanyi bersama ombak, menari bersama ikan, dan merasakan pelukan angin. Dengan satu tas penuh rasa percaya ia mulai berjalan menuju pantai yang katanya tidak jauh dari gua.


Sang Pengembara memandunya sepanjang jalan, menceritakan banyak kisah-kisah lain yang pernah ia alami. Sesampainya mereka di tepi pantai, wanita gua tanpa sadar meneteskan air mata. Apa ini keindahan yang kemarin ia dengarkan?

Dengan cepat ia mengikuti sang Pengembara naik ke dalam kapalnya. 

Jangkar dilepas, wanita dan sang Pengembara mulai berlayar ke laut lepas. 

Saat angin meniup layar yang terkembang itu, wanita gua tiba-tiba merasakan perih dari pipinya. Sang Pengembara menoleh lalu memegang pipi wanita itu. Di sana terlihat goresan-goresan angin yang membuat wanita itu terluka. Lalu, wanita gua itu menjerit karena suara ombak terdengar seperti ratapan baginya. Sang Pengembara kebingungan dalam pelayaran itu. Ia tidak bisa berpikir lagi. Lalu, ia mengajak wanita itu melihat ikan di bawah sana. Mungkin itu akan sedikit mengurangi derita yang dirasakannya. Namun, wanita itu tidak juga berhenti menangis bahkan tangisannya terdengar lebih dalam dari sebelumnya. 

"Kamu kenapa?" tanya Sang Pengembara.

"Aku hanya tidak bisa melihat apa yang kamu lihat dengan mataku," jawab wanita itu.

"Antarkan aku pulang, di sini bukan tempatku."


--------------------------THE END---------------------------


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Happy birthday Gagas!

Perempuan yang Menanggung Dunia dan Seisinya: Bukit Kesengsaraan

THE GIRL WHO DRANK THE MOON : Sihir yang Tersembunyi