Perempuan yang Menanggung Dunia dan Seisinya: Bukit Kesengsaraan
Perempuan itu berjalan dengan terseok-seok. Ia benar-benar harus berhati-hati menapak jalanan di depannya. Dengan matanya yang tersisa, ia bersusah payah memandang dunia tidak hanya dari satu sisi. Seperti halnya jalan bebatuan yang kini dipijak kaki kecilnya. Ia harus melebarkan matanya yang tinggal satu, mengasah mata kakinya dengan insting agar jalan yang ia tempuh benar-benar mengantarkannya ke tujuan selanjutnya. Bukit Kesengsaraan. Orang-orang yang mendengar nama bukit itu sudah pasti akan menarik kakinya jauh-jauh. Enggan mengakrabi sumber kesengsaraan yang bahkan sudah memburu hidup mereka tanpa perlu repot-repot didekati. Dahulu, pernah ada seorang pemuda yang nekat mendaki bukit itu. Ia sangat penasaran dengan kesengsaraan dalam hidupnya yang tidak pernah berhenti barang sehari. Minggu sebelumnya, rumahnya hancur terkena badai. Hari berikutnya ternaknya dicuri, sepuluh ekor sapinya hilang tanpa sisa. Belum kering bekas sengsara di dadanya, esoknya ia kehilangan ibu u