The Nail
Tidak semua arkeolog menyukai bau masa lalu. Baginya, selalu ada kontradiksi tentang keambiguan masa dalam nuraninya. Sebagian hatinya dengan tegas menutup masa itu rapat-rapat. Sebagian lagi justru seakan mengamuk siap mengobrak-abrik pintu berlapis yang susah payah ia bangun. Hari itu di tengah Teluk San Fransisco, ia merasakan perang batinnya memuncak. Mukanya pias. Ada sesuatu yang tertangkap indera perasanya. Anehnya, seberapapun ia mencari jawab, selalu berujung pada tanda tanya yang sama. Seakan tersesat dalam sebuah labirin dan tidak pernah menemukan jalan pulang. “Hey, Bob! Are you okay?” Celetukan rekan setimnya itu memecah konsentrasinya. “Ya, aku baik, Jane,” jawabnya.