Tuan Tak Bernama
“Apa artinya malam minggu, bagi orang yang tidak mampu…” Alunan lagu dangdut lama itu menggema di dinding kamarku. Mendengar suara si Raja Dangdut memang sudah jadi ritual wajib. Seolah jika kulewatkan satu malam Minggu saja tanpa memutarnya, tembok kamarku bisa berubah menjadi sebuah mulut raksasa yang siap menelanku tanpa sisa. Oh, ya! Malam minggu menyapa lagi. Dalam berbagai bentuk dan rupa seperti biasa. Senyuman lebar untuk mereka yang punya cinta dan terlaksana. Senyum miris kepada mereka yang tidak punya tangan seseorang untuk digenggam sepanjang malam. Kalau aku? Tentu saja jenis makhluk yang kedua. Katanya setiap orang lahir dengan membawa rezekinya sendiri. Kalau kataku, aku lahir dengan kutukanku sendiri. Oke. Mungkin kau tidak percaya, kan? Tapi aku punya bukti tentu saja. Umurku sudah berkepala dua dan selama itu pula aku tidak pernah mendapat tawaran genggaman hangat seseorang. Tak sekalipun. Banyak orang mengira aku berhati batu. Tak pernah disen