Postingan

Menampilkan postingan dari 2025

A FARAWAY STAR

Gambar
  "I want to be braver. I want to take more risks,” I said, when you asked what I would do if I could turn back time.   You laughed. “Like… marrying me?”   I froze. Laughed back, but emptily. Marry. One word that’s always been too big for us; too beautiful, too dangerous. Not because we don’t love each other, but precisely because we do.   “We shouldn’t take this for granted, should we?” you said, light-hearted, as you scooped the last bite of mie ayam into your mouth. You smiled even while chewing; God, that smile still bloomed as if nothing was ending.   “No. Of course not. We should celebrate this, actually. After everything, we’ve finally grown brave enough… brave enough to say ‘enough’.”   I tried to sound light, like you. But my heart was sinking, a ship swallowed whole by a silent ocean.   Right after today, we’ll return to the unknown. Your number will become just another name buried in my contacts, one that will ...

Di Antara Ombak

Gambar
  “Sekali minum air Mandar, maka ia selamanya adalah orang Mandar.” Langit Polewali Mandar menyambut Ambar bukan dengan pelangi, tapi dengan peluh. Ia datang bukan sebagai pahlawan bersorban merah putih, melainkan sebagai guru biasa, lulusan universitas negeri di Yogyakarta yang dulu dipenuhi mimpi. Jakarta mengutusnya dengan surat tugas yang tampak seperti formalitas, tapi bagi Ambar, itu adalah tiket menuju peran yang lebih besar dari sekadar mengajar—mungkin juga menyentuh kehidupan. Ia hanya membawa satu hal: harapan. Sekolah itu berdiri di tepi waktu. Dindingnya separuh beton, separuh semangat. Murid-muridnya datang tanpa seragam yang seragam. Mata mereka tajam, bukan karena kritis, tapi karena lapar akan sesuatu yang tak mereka pahami. Ambar berdiri di depan kelas, mencoba menyapa dengan Bahasa Inggris. Suara angin lebih mendapat respon. Di sudut ruangan, ada Fikri—bocah kurus dengan mata yang penuh tanya, duduk seperti sedang menanti kapal dari negeri asing. Ambar tak men...