Alice Not in Wonderland
Hanya beberapa menit setelah tombol televisi
menyala, gadis itu membuang muka. Mual itu datang, bukan perutnya tapi hati
nuraninya yang teraduk bukan main. Dari semua kilasan berita yang dia rekam
melalui mata dan telinganya, nyatanya berita itu konstan. Bahkan, kalau saja berita
tersebut bisa dimatematiskan, kemungkinan akan menyaingi popularitas angka
tetapan untuk phi atau angka tetapan
lain dalam Fisika.
Namanya Alice, bermata sipit seperti bulan sabit.
Rambutnya hitam seperti malam. Peringainya riang seperti siang. Impian hidupnya
hanya satu, berhenti tumbuh dewasa seperti Peterpan. Tak pernah absen berdoa agar
dirinya menjadi Alice yang ‘salah’. Menganggap kelinci adalah hewan paling
berbahaya di muka bumi. Kenapa? Karena Alice dan kelinci berdasi berarti satu
kata, Wonderland. Wonderland berarti Ratu Merah –ratu jahat dalam dongeng Alice
in Wonderland-. Ratu Merah berarti Jabberwocky -naga dalam dongeng Alice in
Wonderland-. Jabberwocky berarti sebuah ketakutan besar. Matanya memejam
secepat kilat. Mengingat sedikit saja bagian dongeng itu, membuat bulu kuduknya
berdiri. Diseretnya bantal Hello Kitty
yang tergeletak di kasur ke dalam pelukannya. Setidaknya dia tidak akan melawan
gagahnya ketakutan sendirian.
Ratu Merah berkepala besar itu marah. Sebuah kue dengan saus stroberi
dinyatakan hilang. Sontak dia berteriak kesetanan. Suaranya menusuk ke setiap
bagian istana.
“KUE STROBERI TELAH HILANG!!! Apa kau mencurinya?” teriak Ratu merah di
dalam aula. Di sana, pengawalnya sudah berbaris seperti semut. Siap dihakimi
oleh sang Ratu. Diinterogasi satu per satu.
“Apa kau mencurinya? Apa kau mencurinya?” Kalimat yang sama terus
menggaung di dalam aula itu. Tembokpun sampai bosan. Tiba-tiba saja sepatunya
berdecit seperti rem. Berhenti tepat di depan seorang pengawalnya. “Apa kau
mencurinya?” tanyanya untuk yang kesekian kali. Kali ini dengan nada yang
sedikit lebih lembut.
“Tidak yang mulia,” jawab si pelayan.
Ratu merah memicingkan matanya, mendekatkan wajahnya lalu memandang
pelayan itu lekat. Jari itu lantas menjentik, mengusap pinggir bibir sang
pelayan. Setitik krim stroberi sekarang berpindah di jari sang Ratu. Kontan
pelayan itu membatu. Nasi sudah menjadi bubur. Tidak ada guna meminta ampun.
“Penjaga! PENGGAL KEPALANYA!!!” perintah sang Ratu.
Tabiat Ratu Merah memang tidak pernah berubah. Dia
tidak akan ragu untuk menghukum mati siapa saja yang berani melawan
perintahnya. Termasuk seseorang yang mengaku sebagai pelayannya namun malah
mencuri barang majikannya.
***
Bantal Hello Kitty masih dalam pelukan, berita dalam layar masih
berkata-kata. Di Indonesia, korupsi agaknya bagai jamur di musim penghujan.
Merajalela. Gadis itu muak pada puncaknya. Untuk pertama kali, Alice berharap bertemu
dengan kelinci berdasi yang bisa berbicara. Menyeretnya ke sebuah lubang dan
sampai ke negeri di bawah sana. Wonderland. Jabberwocky bukanlah tujuannya,
melainkan Ratu Merah. Dia ingin menculiknya sebentar saja. Mungkin sang Ratu
bisa membantu menghukum mati para ‘pelayan’ di Indonesia. Sebagai imbalannya,
Alice rela menghabiskan waktunya untuk mengecat bertangkai-tangkai mawar putih
menjadikannya merah sempurna. Namun, sepertinya Tuhan mengabulkan doanya. Dia
menjadi Alice yang ‘salah’. Wonderland hanya untuk Alice yang tepat dan dirinya
tetap terjebak seperti burung dalam sangkar bernama Indonesia.
Keren:)
BalasHapusTerimakasih Disa :) Maaf komennya baru kebales sekarang. Makasih juga sudah mampir :)
Hapus