Happy Anniversary!
“Happy anniversary, love.” katanya
sambil menggandeng tanganku menuruni kereta gantung Namsan yang telah usai
melaksanakan tugas. Gelapnya malam dan Namsan Seoul Tower memang perpaduan yang
sempurna, pikirku. Segera saja mataku tertakjub-takjub menatap pemancar radio
setinggi 236,7 m yang dibangun
tepat di atas Gunung Namsan pada tahun 1969 ini.
Mataku berkaca-kaca. “Gomawo (terima kasih), ini indah sekali.
Warna lampunya mirip aurora ya, gradasi antara biru dan ungu. Ah…romantis.”
“Ini belum seberapa, aku mau
ngajakin kamu naik ke atas,” ucapnya bersemangat.
Tanpa menunggu persetujuan, lenganku
sudah ditarik menuju ticket booth
yang terletak di luar menara.
“Anyeong
(permisi), tolong dua tiket untuk dewasa Ajussi
(Paman),” mintanya ramah pada lelaki paruh baya yang menjaga ticket booth itu.
“Silakan, 14.000 won untuk tiketnya.
Selamat bersenang-senang,” balas Ajussi penjaga
tiket sambil mengangguk tidak kalah ramah.
Kulihat
sekeliling sebelum benar-benar memasuki menara. Mataku langsung menangkap gambar
warna-warni tepat di samping ticket booth. Di atas tempat itu ada tulisan putih
yang membentuk kata Character and Photo.
Kusenggol lengan kekasihku, “Eh sayang yang di samping booth tiket itu kayak photo box ya?”
“Iya,
di sini pengunjung dapat berfoto
dengan latar belakang N Seoul Tower, Gunung Namsan, atau salah satu dari 18
latar belakang lainnya yang diganti setiap musim. Kamu mau? ”
Aku
mengangguk cepat menanggapi pertanyaannya. Dia tersenyum sambil membelai
rambutku, “Iya boleh, tapi nanti ya sekarang kita naik dulu.”
Begitu
kakiku memasuki lantai bawah Namsan Tower, berbagai souvenir unik dan menarik langsung menyambut, mulai dari gelas,
buku harian, gantungan kunci serta pernak-pernik lainnya. Dan tentu saja,
semuanya berdesain N Seoul Tower. Tapi, aku dan kekasihku tidak berhenti di
sini. Kaki kami terus melangkah menyusuri lantai bagian bawah menara dan baru
berhenti ketika dinding di sekitar kami berubah menjadi dinding kaca bergambar
N Seoul Tower.
“Nah,
ini dia liftnya,” ujarnya ketika kami tepat berada di depan salah satu lift di
sini.
Tanpa
aba-aba aku langsung mengekornya masuk dan liftpun mulai bergerak naik. Tidak
sampai 15 menit pintu lift kembali terbuka. Kulihat restauran dengan desain
mewah dan elegan menyambut kedatangan kami. Mataku kembali berkaca-kaca
menangkap samar tulisan ‘N Grill’ yang ternyata nama restauran mewah di lantai
teratas menara.
“Aku
nggak tahu mesti bilang apa selain terima kasih,” kataku tulus.
Dia
tidak menjawab dan hanya tersenyum hangat kepadaku. Digiringnya aku menuju
salah satu sofa berbentuk bulan sabit yang menghadap ke jendela kaca yang
sangat besar.
Dia
menggamit pinggangku, “Lihat! Yang di bawah itu pemandangan malam kota Seoul.
Indah sekali, bukan?”
“Sangat.
Seperti bintang-bintang di atas langit. Dan sofa ini bulannya,” sahutku sambil
menyandarkan kepala ke bahunya.
“Nama
sofa ini crescent loveseats, tempat
favorit di sini. Dan kamu tahu? Restauran ini berputar 360 derajat setiap 1 jam
40 menit. Jadi, kita bisa menikmati seluruh pemandangan kota Seoul tanpa
celah,” jelasnya.
“Kamu
selalu bisa membuatku merasa istimewa. Saranghae (aku mencintaimu),” jawabku
kehilangan kata-kata.
Komentar
Posting Komentar