Tas Baru
“Hei, tunggu!” Suaramu
sekonyong-konyong merantai hati dan langkah kaki. Lantas, bisaku jadi
bisu. Kakiku jadi kaku. Waktu mati. Semesta pergi. Hanya aku dan
kau dalam ruang tanpa batas.
Derap-derap
langkahmu itu mulai mendekat namun bagi kita ukuran mili telah berubah menjadi tahun cahaya. Tidak pernah ada
lagi dekat dengan dengan definisi yang sama. Tidak akan pernah ada.
“Kamu melupakan
sesuatu,” katamu.
Aku ingin
tertawa mendengar perkataanmu. Andai kau
tahu tidak tersisa seperseribu tetespun kata lupa dalam memoriku. Aku ingat
semuanya, walau katanya kenangan bak buih yang bisa menguap tanpa jejak.
Hatiku menggedor-nggedor batin untuk tegas menolak lupa.
“Lupa?”
sindirku.
“Ya, kamu lupa
membawa tasmu.”
Aku sangat ingin
berbalik. Namun, aku lebih takut apa yang akan kulihat nanti, wajahmu yang memikat seperti malaikat.
Lalu, aku akan melihat mulut kecilmu
yang selalu bisa menampung milyaran kata manis tanpa pernah habis. Tidak! Batinku
belum sekuat itu, dia masih selemah es krim dan coklat di bawah sinar terik.
“Oh, aku memang
sengaja meninggalkannya. Sudah malas pakainya.”
“Lho? Bukannya ini
tas favoritmu, ya? Yang kamu pengen
setengah mati sampai bela-belain bobol tabungan satu ton recehan itu,
kan? Hehe.” Ternyata kau masih mengingatnya.
Aku ingin menjerit-jerit marah sampai urat leherku
putus. Perkataanmu itu menggigit hati sampai sakit sekaligus menjadikannya
gerah dan berdarah-darah.
Kuberanikan
meladeni candaanmu, “Memang. Tapi, tas itu sudah terlalu banyak menyimpan
barang. Mungkin, sudah saatnya aku ganti dengan tas yang baru.”
Mungkin kau
mengernyit di belakang sana. Aku tidak tahu. “Oh.. Biar aku bawa, ya. Nanti
kalau kamu berubah pikiran bisa ambil di aku. Sayang, harganya setinggi
langit.”
Aku benar-benar
akan tertawa. Nyatanya hatimu memang bebal dan hanya berlalu pergi. Cepat saja
semesta kembali. Waktu berlari lagi.
Kau mungkin
tidak akan mengerti. Bagiku, tas adalah hati. Bedanya, tas menyimpan
segala keperluan dan hati menyimpan kenangan. Ada kau di tas itu, makannya aku
benar-benar butuh tas baru.
-The End-
*)
Keterangan
-
Majas personifikasi: merantai hati
dan langkah kaki, waktu mati, semesta pergi, hatiku menggedor-nggedor batin, perkataanmu
itu menggigit hati sampai sakit, waktu berlari lagi.
-
Majas perumpamaan: kenangan bak buih
yang bisa menguap tanpa jejak, dia masih selemah es krim dan coklat di bawah
sinar terik, harganya setinggi langit.
-
Majas Paralelisme: tas adalah hati.
Diikutkan dalam #TantanganMinggu #Kampusfiksi
Komentar
Posting Komentar